Monday, May 18, 2009

Adik Kecil Itu Pun Kini Menjadi Seorang Kakak

20.06 pm
Aku kembali melihatnya. Anak perempuan berusia kurang lebih 4 tahun dengan baju lusuh dan rambut merah terbakar matahari Jakarta. Wajahnya cantik dan menggemaskan. Ditambah kedua pipinya yang chubby. Sungguh, bocah cilik itu begitu rupawan...
Sejak pertemuan pertamaku malam minggu itu, sebuah pertemuan yang tidak disengaja sebenarnya, aku sudah jatuh cinta padanya. Sayang, antara aku dan dia terhalang dinding kaca yang tak tembus asap dan suara. Aku hanya bisa melihatnya dari balik jendela mobil. Kadang berharap ia cukup berani mendekat ke mobilku. Tapi ia teralu kecil untuk berkeliaran dari mobil ke mobil.
Saat itu, aku melihat kiri kanan mencari sang ibu. Dan akhirnya mataku melihatnya. Sosok perempuan muda sedang hamil tua. Mengenakan kaos oblong dan celana pendek, membawa alat musik seadanya, mengamen dari mobil ke mobil. Namun, sekali lagi, ia tidak berhenti di mobilku.
Entahlah, mungkin takdirnya sudah demikian. Padahal lampu merah di perempatan ini cukup lama menyala. Tapi sepertinya ia tidak terpikir untuk melangkahkan kakinya ke mobilku.
Kuduga, kutebak, ia pasti ibunya. Karena kadang sang anak menggelendot manja di gendongannya. Kadang ia dibiarkan sendiri di pinggir lampu merah. Kadang...
Ya, kadang-kadang... Yang berarti sudah lebih dari sekali aku melihatnya.
Kadang bocah cantik itu berinisiatif untuk mengengadahkan tangannya pada pengendara motor.
"Om om bagi duit dong..." kudengar ia sayup-sayup memohon. Sepasang remaja di atas motor tersenyum sembari memberi selembar ribuan padanya. Ia memang lucu dan menggemaskan.
Hatiku agak perih melihatnya...
Dan lebih perih lagi ketika suatu malam aku melihatnya 'nongkrong'; entah buang air kecil atau (maaf) buang air besar. Boro-boro belajar hidup bersih dan higienis; belajar malu pun ia tidak bisa.
Lama aku tidak melihatnya. Dan selama itu pula aku nyaris melupakannya. Sampai minggu kemari aku melhatnya lagi. Kali ini sang ibu membawa orok di gendongannya.
Dik, kini dirimu telah menjadi Kakak...
Dan aku hanya bisa menonton dari balik 'layar' v-kool. Menonton tanpa bisa berbuat apa-apa untuk menjadikan hidup lebih indah untukmu...
-Perempatan Republika, Mei 2009-

No comments:

Post a Comment