Thursday, July 2, 2009

That's What Life Supposed To Be, Right?!

Delapan belas hari kerja lagi, dan namaku resmi dihapus dari daftar karyawan kontrak PT Bank Syariah Mandiri. Bagaimanapun, meninggalkan sesuatu pasti juga menyisakan kesedihan dalam diriku. Apalagi aku sudah bekerja lebih dari setahun. Aku sudah cukup dikenal di kantor. Paling tidak akan ada yang bertanya saat aku tidak ada. Bagaimanapun, aku pasti akan merasakan kehilangan. Sudah barang tentu semua orang bertanya kepadaku, apa alasanku mengundurkan diri dari perusahaan yang sedang naik daun, menebar jaring itu. Aku hanya menjawab singkat, "Aku masih ingin sekolah lagi". Dan tentu, seperti budaya bangsa Indonesia yang ramah tamah, semua orang pun nyaris meneruskan percakapan dengan menanyakan pertanyaan yang sama, "Kan bisa sambil kerja..." Aku hanya tersenyum... menunggu pertanyaan selanjutnya dari apapun jawabanku. Tidak semua orang memahami aku di kantor ini. Mungkin hanya beberapa, mungkin bahkan tidak ada. Apa yang mungkin beredar di benak banyak orang adalah: 1. Aku (secara psikologis) anak tunggal mantan direktur bank dan masih aktif di jajaran komite audot bank terbesar di Indonesia, jadi, practically, aku nggak butuh uang. Nggak butuh dalam arti... ya... 'nggak butuh'. Dan dugaan ini pasti didukung oleh kondisi suamiku yang, Alhamdulillah, merangkak pasti di sebuah bank swasta terbesar di Indonesia. (secara... clerk mana yang pagi dianter mobil Livina sama suaminya, sore dijemput Mercy bapaknya?)

Tapi aku bukan orang yang seperti, perlu rasanya aku tekankan. Aku mendapatkan pekerjaan ini karena usahaku sendiri, aku yang datang sendiri memberikan lamaran dengan perasaan excited dan menduga-duga seperti apa pekerjaanku nanti.

Bahkan kalau boleh jujur, kedua orang tuaku dan juga semua orang yang mengenalku secara personal mungkin sedikit menyayangkan hal itu. Entahlah, mungkin mengingat aku lulus dengan predikat 'dengan pujian' a.k.a cum laude dan nyaris tanpa hambatan belajar. Mungkin kedua orang tuaku mengharapkan aku bekerja di instansi yang lebih 'bonafide' seperti Telkom. Mendapat gaji lebih besar, dan bukan sebagai clerk. Itu yang paling penting.

2. Aku pembosan dan pemalas. Tentu dugaan ini didukung juga dengan fakta-fakta di atas. Ditambah dengan fakta bahwa seringkali aku ditemukan dalam keadaan suntuk dengan bibir berbentuk bulan sabit terbalik dan mengeluh 'bosan'. In fact, aku memang mudah bosan. Aku sadar dan sudah lama mengetahuinya. That's why, aku nggak cocok sama pekerjaan yang statis, nggak beranjak dari kursi kecuali kalau istirahat.

3. Aku mendapatkan pekerjaan lain yang membayarku lebih tinggi. Untuk yang ini, aku cukup mengamini saja, karena faktanya aku tidak berusaha melamar ke tempat lain selain ke sebuah lembaga pendidikan swasta untuk menjadi dosen honorer. Pun jika aku diterima, secara fasilitas aku tidak mendapatkan keuntungan yang istimewa. Gaji jelas lebih kecil, kesehatan hanya dicover 300.000, ongkos jalan lebih jauh... Aku nggak akan dapat bonus TPUK setiap tiga bulan sekali juga bonus tahunan. Tapi, aku punya perhitungan sendiri dengan hidupku.

Aku punya prinsip bahwa hidup ini hanyalah menjalani sesuatu yang fana, sekali saja. Dan karenanya aku harus menjadikannya berharga dan bermakna. Aku harus bahagia dengan hidupku. Kurasa itu pun prinsip semua orang, bukan?

Namun, berbeda dengan kebanyakan orang, bagiku kebahagiaan bukan hanya datang dari pekerjaan bonafide nan bergelimang fasilitas. Kebahagiaan bagiku adalah saat aku berkuasa penuh terhadap diriku. Aku yang menentukan hidupku.

Sebenarnya, salah satu alsan sederhana mengapa aku mengundurkan diri adalah karena aku 'bukan siapa-siapa'. Aku tidak mendapatkan kepuasan kognisi yang ingin kucapai. Aku tidak mendapatkan kepuasan hati...

Aku merasa terlalu muda... Dan aku menghabiskan waktu tersia-sia duduk 9 jam 10 km jauhnya dari rumah...I deserve to get better things...

Aku memang bahagia dengan rekan-rekan kerjaku. Mereka membuatku merasa nyaman. Hubungan yang terbina pun erat seperti sebuah keluarga. Namun, hati dan jiwaku ingin berontak mendapatkan yang lebih... menantang, mungkin?!

Lebih...lebih membuatku hidup... Lebih banyak berkarya...

That's what life supposed to be, right?!

No comments:

Post a Comment